--------- Cerita : Perjalanan Hidup Aki Aja ---------
Namanya cuma tiga huruf : Aja, Karena usianya telah sepuh(tua), 83 tahun, maka ia dipanggil Aki Aja. Perlajanan hidup ayah tujuh anak yang menekuni pekerjaan sebagai petani dan peternak ini memang penuh liku. Di masa mudanya atau di kala usianya belasan tahun ia pernah bekerja sebagai sopir tentara Jepang, Heiko.
Tetapi, begitu tentara Dai Nippon hengkang dari bumi Indonesia, Aja berjuang di lahan pertanian. Ia meneruskan tradisi masyarakat di desa kelahirannya, Kampung Cirendeu, Leuwigajah Kota Cimahi, Jawa Barat, sebagai petani tanaman singkong dan beternak domba. Menjadi petani bagi Aja adalah tuntutan adat yang berlaku sejak nenek moyang mereka.
Ternyata Aja yang kini telah menjadi ayah 7 anak, dengan 13 cucu dan 8 cicit ini lebih suka memanggul cangkul daripada bedil. Kedua orang tuanya memang telah memperkenalkan dunia pertanian kepada Aja sejak masih kecil. Setiap pukul 09.00 pagi, ia bersama bapaknya naik gunung untuk menanam singkong. Maklum, Kampung Cireundeu berada di kaki pegunungan yang tanahnya memang cocok untuk tanaman palawija atau jenis umbi-umbian.
Di kebun itu Aja kecil membantu ayahnya mencangkul lahan supaya gembur dan mudah ditanam. Setelah gembur bibit singkong ditanam di tanah tersebut. Menjelang tengah hari, Aja pergi mencari rumput untuk pakan domba. "Jadi, waktu itu orangtua Aki berkebun sambil nyambi memelihara ternak," ungkap Aki Aja mengenang masa lalunya. Aja bisa karena biasa. Berbekal pengalaman itu, Aja dapat menguasai dunia pertanian.
Seiring berjalannya waktu, Aja pun mulai menanjak dewasa. Pada 1948, ia mulai membina rumah tangga dengan gadis sekampungnya, bernama Wangsi. Sejak itu, Aja mulai hidup mandiri, lepas dari kungkungan orangtuanya. Untuk modal, ia dibekali sebidang lahan untuk kebun singkong dan ternak sebanyak 120 ekor kambing.
Awalnya, Aja memang sempat kewalahan menghadapi pekerjaan itu, Itu terjadi, menurut Aja, karena menghadapi masa transisi. Dari semula sebagaii seorang anak yang hanya sekedar membantu orang tuanya dalam menanam singkong, panen, mencari pakan ternak atau menggembalakan ternak dan untuk kemudian harus melakukannya sendiri.
Seiring berjalannya waktu, Aki Aja akhirnya mampu membudidayakan singkong dan membudidayakan singkong dan mengembangkan ternaknya hingga puluhan ekor.Hasil mengembangbiakkan ternak itu, ia jual ke pasar, terutama di saat menjelang Idul Adha. Hasilnya, menurut Aki Aja, lumayan dan bisa untuk tambahan modal dan biaya hidup keluarganya.
Tentu saja sebagai seoran petani dan peternak, perjalanannya tidak selalu mulus. Ia kerap mengalami masa-masa sulit, terutama pada musim kemarau. Pada musim kemarau pakan ternak sangat sulit dicari. Maka, mau tidak mau Aki Aja harus menempuh jarak puhluhan kilometer hanya unttuk mencari pakan ternak (duh kasian banget).
Itu keadaan zaman dahulu. Generasi sekarang, menurut Aki Aja, lebih cerdik. Untuk mengatasi kesulitan mencari pakan ternaknya. "Mereka membeli bibit rumput gajah, dan bibit itu ditaman di sisi kebun singkong", ujar Aki Aja dalam logat Sunda yang kental.
Dengan cara menanam sendiri, tambah Aki Aja, meski memasuki musim kemarau para peternak tidak akan kehabisan stok rumput gajah. Atau kalaupun habis mudah saja diperoleh dengan cara membeli di tempat penjualan rumput.
Meski usia telah renta, Aki Aja tetap melakukan memelihara ternak. Ia mencari rumput dan memberi makan ternak. Hanya saja mengingat usianya, ia mengurangi intensitas kerjanya. Beberapa tahun terakhir ini, Aki Aja tidak lagi mendaki gunung untuk berkebun. Ia kini, lebih banyak menyerahkan pekerjaab uty kepada anak-anaknya.
------------------- Bersambung --------------------
Semoga cerita fakta diatas dapat memotivasi kita untuk mencintai dunia pertanian, kita sebagai yang muda malah gengsi untuk melakukannya. Mungkin ada sebagian anak remaja sekarang yang mau menuntut Ilmu Pertanian, maka dari itu saya rekomendasikan untuk memilih IPB (Institut Pertanian Bogor), karena IPB mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan yang lainnya. Oya jangan lupa komentarnya tentang cerita motivasi ini demi perkembangan blog Ilmu Bertani yang Tagline Pertanian-nya sangat cocok untuk membangun kesejahteraan negeri kita tercinta ini.
© Petaniku, Kemakmuran Negeriku
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan Sopan, Hargai Artikel ini maka kami akan menghargai komen dari kamu.
Petaniku, Kemakmuran Negeriku